Minggu, 29 Juni 2014

PRE-EKLAMPSIA PADA KEHAMILAN



 PRE-EKLAMPSIA PADA KEHAMILAN



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Pre-eklamsia sebagai salah satu penyebab kematian ibu adalah suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah, proteinuria dan edema yang timbul selama kehamilan sampai 24 jam postpartum (Bobak, Jensen, Zalar, 1995)

1.2  RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian Pre-eklampsia?
2.      Apa tanda dan gejala Pre-eklampsia?
3.      Bagaimana patofisiologi Pre-eklampsia?
4.      Bagaimana komplikasi Pre-eklampsia?
5.      Bagaimana Pencegahan Pre-eklampsia?

1.3  TUJUAN PENULISAN
1.      Untuk mengetahui pengertian Pre-eklampsia
2.      Untuk mengetahui tanda dan gejala Pre-eklampsia
3.      Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi Pre-eklampsia
4.      Untuk mengetahui komplikasi Pre-eklampsia
5.      Untuk mengetahui cara pencegahan Pre-eklampsia






BAB II
PEMBAHASAN
PRE-EKLAMPSIA
2.1  Pengertian
a.       Pre-eklampsia adalah penyakit yang ditandai dengan adanya hipertensi, proteinuria, dan edema yang timbul selama kehamilan atau sampai 48 jam postpartum (Bobak dan Jensen, 1995). Umumnya terjadi pada trimester 3 kehamilan. Pre-eklamsia dikenal juga dengan sebutan Pregnancy Induced Hipertension (PIH) gestosis atau toksemia kehamilan.
b.      Pre-eklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan (Mansjoer, dkk, 2007)
c.       Pre-eklampsia adalah suatu sindroma klinis dalam kehamilan viable (usia kehamilan >20 minggu dan atau berat janin 500 gram) yang ditandai dengan hipertensi, proteinuria, dan edema. Gejala ini dapat timbul sebelum kehamilan 20 minggu, bila terjadi penyakit trofoblastik (Achadiat, 2004).
d.      Pre-eklampsia adalah kondisi khusus dalam kehamilan, ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria. Bisa berhubungan dengan atau berlanjut menjadi kejang (eklampsia) dan gagal organ ganda pada ibu, sementara komplikasi pada janin meliputi restriksi pertumbuhan dan abrupsio plasenta/ solusio plasenta (Skennan & Kappel, 2001 dalam Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran, 2006).

2.2  Epidemiologi
Prevalensi pre-eklmpsia bervariasi sesuai karakteristik populasi dan definisi yang digunakan untuk menerangkannya (Chappel et all, 1999). Terjadi kurang dari 5% dalam kebanyakan populasi, dan study prospektif menunjukan ensiden dibawah 2,2%, bahkan pada populasi primigravida yang diketahui prevalensinya lebih tinggi (Higgins et all, 1997 dalam Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran, 2006).
2.3  Etiologi
Penyebab timbulnya pre-eklampsia pada ibu hamil belum diketahui secara pasti, tetapi pada umumnya disebabkan oleh vasospasme ateriola. Factor kgaktor lain yang diperkirakan akan mempengaruhi timbulnya pre-eklampsia antara lain : Primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, mola hidatidosa, multigravida, malnutrisi berat, usia ibu kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun serta anemia.
2.4  Tanda dan Gejala
Pre-eklampsia dinyatakan berat bila ada satu diantara gejala-gejala berikut:
a.       Hipertensi dengan tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih, diukur minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat.
b.      Proteinuria 5 gram/ 24 jam atau lebih, +++ atau ++++ pada pemeriksaan kualitatif.
c.       Oliguria, urine 400ml/24 jam atau kurang.
d.      Edema paru-paru, sianosis.
e.       Tanda gejala lain yaitu sakit kepala yang berat, masalah penglihan, pandangan kabur dan spasme arteri retina pada funduscopi, nyeri epigastrium, mual atau muntah serta emosi mudah marah.
f.       Pertumbuhan janin intrauterine terlambat.
g.      Adanya Hellp Syndrome (H= hemolysis, ELL= Elevated Liver Enzym, P= Low Platelet Count).
Sindrom HELLP merupakan komplikasi kebidanan yang mengancam nyawa yang biasanya terjadi akibat pre-eklampsia Kedua kondisi ini biasanya terjadi selama fase akhir dari suatu kehamilan, atau kadang-kadang terjadi setelah melahirkan

2.5  Patofisiologi
Pada beberapa wanita hamil, terjadi peningkatan sensitivitas vaskuler terhadap angiotensin II. Peningkatan ini menyebabkan hipertensi dan kerusakan vaskuler, akibatnya akan terjadi vasospasme. Gangguan plasenta menimbulkan degenerasi pada plasenta dan kemungkinan terjadi IUGR dan IUFD pada fetus.
Penurunan perfusi ginjal menurunkan GFR dan menimbulkan perubahan glomerulus, protein keluar melalui urine, asam urat menurun, garam dan air ditahan, tekanan osmotik plasma menurun, cairan keluar dari intravaskuler, menyebabkan hemokonsentrasi, peningkatan viskositas darah dan edema jaringan berat dan peningkatan hematokrit. Pada pre-eklampsia berat terjadi penurunan volume darah, edema berat dan berat badan naik dengan cepat.
Penurunan perfusi hati menimbulkan gangguan fungsi hati, edema hepar dan hemoragik sub-kapsular menyebabkan ibu hamil mengalami nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran atas. Rupture hepar jarang terjadi, tetapi merupakan komplikasi yang hebat dari PIH, enzim-enzim hati seperti SGOT dan SGPT meningkat.
Vasospasme arteriola dan penurunan aliran darah ke retina menimbulkan symptom visual seperti skotoma (Blind Spot) dan pandangan kabur. Patologi yang sama menimbulkan edema serebral dan hemoragik serta peningkatan iritabilitas susunan saraf pusat (sakit kepala, hiperfleksia, klonus pergelangan kaki, dan kejang serta perubahan efek). Pulmonari edema dihubungkan dengan edema umum yang berat, komplikasi ini biasanya disebabkan oleh dekompensasi kordis kiri.

2.6  Pemeriksaan Penunjang
Selain anamnesa dan pemeriksaan fisik,  kecurigaan adanya pre-eklampsia sebaiknya diperiksa juga:
a.       Pemeriksaan darah rutin serta kimia darah yaitu urium kreatinin, SGOT, LDH, bilirubin.
b.      Pemeriksaan urin yaitu protein, reduksi, bilirubin, sedimen.
c.       Kemungkinan adanya pertumbuhan janin terhambat dengan konfirmasi USG (bila tersedia)
d.      Kardiotokografi yaitu untuk menilai kesejahteraan janin.
2.6.1        Pemeriksaan Data Subjektif
1.      Kenaikan berat badan yaitu timbul secara cepat dalam waktu yang singkat menunjukan adanya retensi cairan dan dapat merupakan gejala paling dini dari pre-eklampsia, untuk membedakan edema kehamilan, proses yang jinak dari pre-eklampsia, tekanan darah pasien harus diketahui.
2.      Sakit kepala dapat juga menjadi gejala awal dari edema otak. Sebagai konsekuensinya, tekanan darah pasien harus harus ditentukan.
3.      Gangguan penglihatan merupakan gejala dari pre-eklampsia berat dan dapat menunjukan spasme arteriolar retina, iskemia, edema, atau pada kasus-kasus yang jarang, pelepasan retina.
4.      Nyeri epigastrium atau kuadran kanan atas yaitu menunjukan pembekakkan hepar yang berhubungan dengan pre-eklampsia berat atau menandakan ruptur hemotoma subkapsuler hepar.
2.6.2        Pemeriksaan Data Objektif
Pemeriksaan Fisik:
1.      Pemeriksaan umumn yaitu tekanan darah meningkat
a.       Edema
Edema menunjukan retensi cairan. Edema yang dependen merupakan kejadian yang normal selama kehamilan lanjut, edema pada muka dan tangan tampaknya lebih menunjukan retensi cairan yang patologik.
kriteria menentukan adanya edema adalah nilai positif jika pitting edema di daerah tibia, lumbosakral, wajah ( kelopak mata) dan tangan, terutama setelah malam tirah baring.
Bila sulit menetukan tingkat edema, maka metode yang digunkana adalah sebagai berikut:
+             = sedikit edema pada daerah kaki pretibia
++           = edema ditentukan pada ekstremitas bawah.
+++        = edema pada muka, tangan, abdomen bagian bawah.
++++      = anasarka disertai asites.
b.      Kenaikan Berat Badan
Kenaikan berat badan yang cepat merupakan suatu petunjuk dari retensi cairan ekstravaskuler
c.       Pemeriksaan retina
Spasme arteriolar dan kilauan retina dapat terlihat.
d.      Pemeriksaan toraks
Karena edema paru merupakan satu dari komplikasi serius dari pre-eklampsia berat, paru-paru harus diperiksa secara teliti.
e.       Refleks tendon profunda (lutut dan kaki)
Hiperefleksia dan klonus merupakan petunjuk dari peningkatan iritabilitas susunan saraf pusat dan mungkin meramalkan suatu kejang eklamsia.
2.      Pemeriksaan Abdomen
Rasa sakit daerah hepar merupakan suatu tanda potensial yang tidak menyenangkan dari pre-eklampsia berat dan dapat meramalkan rupture dari hepar. Pemeriksaan uterus penting untuk menilai umur kehamilan, adanya kontraksi uterus dan presentasi janin.
3.      Pemeriksaan Pelvis
Keadaan serviks dan stasi dari bagian terbawah merupakan pertimbangan yang penting dalam merencanakan kelahiran pervaginam atau per abdominan.
Pemeriksaan Laboratorium:
1.      Pemeriksaan Darah Lengkap dengan Apusan Darah
Peningkatan hematokrit dibandingkan nilai yang diketahui sebelumnya member kesan hemokonsentrasi, atau menurunnya volume plasma. Jika hematokrit lebih rendah dari yang diperkirakan, kemungkinan hemolisis intravaskuler akibat proses hemolisis mikroangiopatik perlu dipertimbangkan.
2.      Urinalisis
Proteinuria merupakan kelainan yang khas pada pasien dengan pre-eklampsia. Jika contoh urin yang diambil secara acak mengandung protein 3+ atau 4+ urin 24 jam mengandung 5 g protein atau lebih, pre-eklampsia dikatakan berat.
Protein positif artinya jumlah protein lebih dari 0,3 gram per liter urine 24 jam lebih dari 2 gram per liter sewaktu. Urine diambil dengan penyadapan/kateter.
+        = 0,3 gram protein per liter
++      = 1 gram protein per liter
+++   = 3 gram protein per liter
++++ = > 10 gram per liter
Kenaikan berat badan berlebih jika berat badan naik dari 500 gram perminggu atau 200 gram per bulan.

2.7  Komplikasi
Komplikasi ibu dengan pre-eklampsia atau PIH: cerebral vascular accident, kardiopulmonari edema, insufisiensi Renal Shutdown, retardasi pertumbuhan, kematian janin intrauterine, yang disebabkan hipoksia dan prematur. PIH dapat berkembang secara progresif menjadi eklampsia yaitu pre-eklampsia ditambah dengan kejang dan koma (khattheryn & Laura, 1995)
2.8  Pencegahan
Pencegahan timbulnya pre-eklampsia berat dapat dilakukan dengan pemeriksaan antenatal care secara teratur. Gejala ini dapat ditangani secara tepat antara lain:
a.       Penyuluhan tentang manfaat istirahat
b.      Istirahat tidak berarti selalu tirah baring ditempat tidur, tetapi ibu masih dapat melakukan kegiatan sehari-hari, hanya dikurangi diantara kegiatan tersebut.
c.       Ibu dianjurkan duduk atau berbaring
d.      Nutrisi penting diperhatikan selama hamil terutama protein
e.       Diet protein yang adekuat yaitu bermanfaat untuk pertumbuhan dan perbaikan sel dan trasformasi lipid.


2.9  Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan pre-eklampsia
a.       Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah
b.      Mencegah progesifitas penyakit menjadi eklamsia
c.       Mengatasi atau menurunkan resiko janin (solusio plasenta, pertumbuhan janin terhambat, hipoksia sampai kematian janin).
d.      Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin setelah matur atau imatur jika diketahui bahwa resiko janin atau ibu akan lebih berat jika persalinan ditunda lebih lama.

2.9.1 Penatalaksanaan pre-eklampsia ringan (TD < 140/90 mmHg) yaitu:
a.       Dapat dikatakan tidak beresiko bagi ibu dan janin
b.      Tidak perlu segera diberi obat anti hipertensi dan tidak perlu dirawat, kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman: 140-150/ 90-100 mmHg).
c.       Istirahat yang cukup (berbaring 4 jam pada siang hari dan 8 jam pada malam hari)
d.      Diet rendah garam, tinggi protein.
e.       Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap satu minggu.
f.       Indikasi dirawat, jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2 minggu rawat jalan.
g.      Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-eklampsia berat.

2.9.2 Penatalaksanaan pre-eklampsia berat (TD > 160/90 mmHg)
a.       Penanganan konservatif
Konservatif berarti kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan pemberian pengobatan medicinal (untuk kehamilan < 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eklampsia dengan keadaan janin baik)
b.      Penanganan aktif
Apabila ibu memiliki 1 kriteria berikut:
1.      Ada tanda-tanda impending eklampsia
2.      Ada HELLP syndrome
3.      Ada kegagalan penanganan konservatif
4.      Ada tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat
5.      Usia kehamilan > 35 minggu, maka ibu harus dirawat dirumah sakit, khususnya kamar bersalin
6.      Pemberian pengobatan medicinal yaitu anti kejang
7.      Terminasi kehamilan yaitu bila pasien belum inpartu dilakukan induksi persalinan.
8.      Persalinan SC dilakukan apabila syarat induksi persalinan tidak terpenuhi atau ada kontraindikasi persalinan pervaginam.








BAB III
3.1  Kesimpulan
Pre-eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul pada trimester ke-3 kehamilan.

Pre-eklampsia ringan ditandai dengan kenaikan tekanan darah, misalnya 140/90, proteiuria (+1), edema+ biasanya pasien dianjurkan untuk berobat jalan dan antenatal care di percepat. Bila tidak ada perbaikan atau mengarah ke pre-eklampsia berat maka pasien segera dirawat.







DAFTAR PUSTAKA
Maryani, Anik. Yulianingsih. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media (TIM).
Supriyadi, Teddy. Gunawan, Johanes. 1994. Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.
http://en.wikipedia.org/wiki/Pre-eclampsia